لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ [التوبة: 128]
Analisis Lafadh
Seorang rasul. Berasal dari kata “رسل” yang berarti bangkit dengan pelan-pelan. Kata “ناقة رسلة” bermakna unta yang bergerak dengan lembut. “على رسلك” artinya jangan buru-buru. Bisa juga bermakna pergi karena diutus, oleh karena itu kata “رسول” bermakna utusan. Dalam hal ini bisa digunakan untuk manusia, bisa juga untuk malaikat (ولما جاءت رسلنا إبراهيم بالبشرى). Bisa berarti meniupkan angin (إِذْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الرِّيحَ الْعَقِيمَ), menurunkan hujan (وأرسلنا السماء عليهم مدرارا), membebaskan setan tanpa larangan (ألم تر أنا أرسلنا الشياطين على الكافرين تؤزهم أزا), melepaskan dan tidak menahan (ما يفتح الله للناس من رحمة فلا ممسك لها وما يمسك فلا مرسل له من بعده).
|
رَسُولٌ
|
Berat terasa olehnya. Berasal dari kata “العزة” yang bermakna kondisi seseorang yang sulit dikalahkan. Kata “أرض عزاز” bermakna tanah yang kuat, keras. Allah swt. bersifat “العزيز” artinya mengalahkan dan tidak bisa dikalahkan, kuat dan tidak bisa dikalahkan (إنه هو العزيز الحكيم). Kata ini bisa untuk pujian, bisa juga untuk celaan (بل الذين كفروا في عزة وشقاق).
Hal itu karena izzah Allah swt. adalah tetap dan abadi, sedangkan
izzah selain Allah swt. bersifat sementara. Izzah selain karena Allah
swt. adalah sebuah kehinaan “كل عز ليس بالله فهو ذل”. Bisa juga bermakna sulit dan berat, seperti dalam ayat ini.
|
عَزِيزٌ عَلَيْهِ
|
Penderitaanmu. Berasal dari kata “عنت” yang bermakna terjebak dalam hal yang menghancurkan (ودوا ما عنتم). Bisa bermakna tunduk dan hina (وعنت الوجوه للحى القيوم).
|
مَا عَنِتُّمْ
|
Sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu. Berasal dari kata “حرص” yang bermakna keinginan kuat, ambisi (ولتجدنهم أحرص الناس على حياة).
|
حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ
|
Amat belas kasihan. Belas kasihan. Kata berasal dari kata “رؤف” yang bermakna lembut hati dan menyayangi. Kata “الرؤوف” juga termasuk Al-Asma’ul Husna. Ada yang mengatakan, kata “الرأفة” adalah belas kasihan yang membuat seseorang menghindarkan orang yang lain dari kesulitan.
|
رَءُوفٌ
|
Lagi penyayang. Berasal dari kata “رحم - رحمة” yang berarti rasa sayang yang mendorong seseorang untuk berbuat baik kepada orang lain.
|
رَحِيمٌ
|
Tafsir dan Pelajaran yang Dipetik
1. Firman Allah swt. (لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ).
Kedatangan Rasulullah saw. adalah nikmat dari Allah swt. karena beliau datang dari diri umatnya.
a. Merupakan pengkabulan doa nabi Ibrahim as (رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولا مِنْهُمْ) “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka.” [Al-Baqarah: 129]. Doa pastilah permohonan sebuah kebaikan
b. Apalagi di ayat lain, disebutkan jelas-jelas hal tersebut (لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولا مِنْ أَنْفُسِهِمْ) “Sungguh
Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika
Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka
sendiri.” [Ali Imran: 164].
c. Muhammad saw. adalah dari golongan mereka sendiri. Ini merupakan sebuah kebaikan bagi mereka:
1) Mudah memahami karena satu bahasa
2) Mudah meneladaninya
3) Tidak ada alasan untuk menolaknya
4) Bisa melanjutkan dakwahnya
5) mereka
sudah tahu bagaimana asal-muasal Rasulullah saw.; keluarganya, masa
pertumbuhannya hingga dewasa, sifat-sifatnya, dan sebagainya. Bahkan
bahwa beliau adalah anak yang terlahir dari pernikahan yang sah, bukan
dari perzinaan. Ini semua akan membuat orang-orang Arab itu tidak
menaruh curiga sedikit pun terhadap Rasulullah saw. bahwa beliau adalah
orang yang benar-benar baik, dan menginginkan kebaikan bagi mereka.
2. Firman Allah swt. (عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ).
Rasulullah saw. sangat bersedih ketika melihat umatnya dalam keadaan yang susah.
a. Sedih ketika melihat ada umatnya merubah agama yang mudah ini menjadi sulit. Allah swt. berfirman (وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ)
“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan.”[Al-Hajj: 78]. Sedangkan Rasulullah saw. bersabda ((إِنَّ هَذَا الدِّينَ يُسْرٌ)) “Sesungguhnya agama ini adalah mudah.” [HR.Bukhari]. Oleh karena itu, agama Islam ini harus dipahami secara benar. Tidak dipersulit.
b. Beliau
juga sedih jika ada umatnya yang disiksa di neraka. Perlu dipahami,
bahwa kata “umat Rasulullah saw.” tidak hanya meliputi orang yang
beriman saja. Tapi meliputi semua orang yang hidup setelah beliau
diangkat sebagai nabi dan rasul. Sehingga orang Yahudi, Nasrani, Majusi,
dan lain-lain adalah umat Rasulullah saw. juga. Beliau merasa sedih
jika orang-orang itu tidak masuk Islam.
1) Dalam Al-Qur’an disebutkan (لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ أَلَّا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ) “Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman.” [Asy-Syu’ara: 3]. Beliau sakit karena sedih memikirkan umatnya yang tidak masuk Islam.
2) Dalam sebuah hadits disebutkan
إنَّمَا
مَثَلِي وَمَثَلُ النَّاسِ كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَوْقَدَ نَارًا، فَلَمَّا
أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ جَعَلَ الفَرَاشُ وَهَذِهِ الدَّوَابُّ الَّتِي
تَقَعُ فِي النَّارِ يَقَعْنَ فِيهَا،
فَجَعَلَ
يَنْزِعُهُنَّ وَيَغْلِبْنَهُ فَيَقْتَحِمْنَ فِيهَا، فَأَنَا آخُذُ
بِحُجَزِكُمْ عَنِ النَّارِ، وَهُمْ يَقْتَحِمُونَ فِيهَا
“Perumpaanku
adalah seperti seseorang yang menyalakan api unggun. Setelah api
menyala, banyak binatang (laron) yang berhamburan menghinggapinya. Orang
itu menghalau binatang-binatang itu agar tidak masuk ke dalam api. Tapi
binatang-binatang itu mau dihalau, dan tetap ingin masuk api. Maka
akhirnya mereka masuk api. Demikianlah, aku menghalau kalian dari masuk
api neraka.” [HR. Bukhari dan Muslim].
c. Beliau sama sekali tidak pernah marah dan menghardik
مَا
ضَرَبَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا قَطُّ
بِيَدِهِ، وَلَا امْرَأَةً، وَلَا خَادِمًا، إِلَّا أَنْ يُجَاهِدَ فِي
سَبِيلِ اللهِ، وَمَا نِيلَ مِنْهُ شَيْءٌ قَطُّ،
فَيَنْتَقِمَ مِنْ صَاحِبِهِ، إِلَّا أَنْ يُنْتَهَكَ شَيْءٌ مِنْ مَحَارِمِ اللهِ، فَيَنْتَقِمَ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Sungguh
Rasulullah saw. tidak pernah memukul sesuatupun dengan tangannya. Tidak
isterinya, pembantunya, kecuali jika sedang berjihad di jalan Allah
swt. Ketika beliau disakiti, beliau tidak pernah membalas dendam kepada
orang yang melakukannya. Kecuali jika yang dilanggar adalah kemuliaan
Allah swt., maka beliau akan membalasnya karena Allah swt.
3. Firman Allah swt. (حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ).
Rasulullah saw. sangat menghendaki umatnya beriman. Keinginan inilah
yang membuat beliau berjuang sedemikian rupa demi umatnya mendapatkan
hidayah dari Allah swt.
a. Beliau
rela dihina, dikucilkan, disiksa, dan sebagainya demi umatnya
mendapatkan kebaikan. Bisa dibayangkan beliau berbuat baik kepada
mereka, tapi sebaliknya mereka berbuat keburukan kepada Rasulullah saw.
Walaupun begitu, beliau tetap berdakwah dengan penuh rasa saying. Tidak
berubah sama sekali. Sebuah kesabaran yang sangat besar.
b. Semua
hal yang baik pasti telah beliau perintahkan; dan semua keburukan pasti
telah beliau larang. Semua itu adalah demi kebaikan umatnya. Dalam
sebuah hadits disebutkan
مَا
تَرَكْتُ شَيْئًا مِمَّا أَمَرَكُمُ اللَّهُ بِهِ إِلَّا قَدْ
أَمَرْتُكُمْ بِهِ، وَمَا تَرَكْتُ شَيْئًا مِمَّا نَهَاكُمْ عَنْهُ إِلَّا
قَدْ نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ،
“Aku
telah perintahkan kalian semua yang Allah swt. perintahkan; dan aku
juga telah melarang kalian semua yang telah Allah swt. larang.”
c. Sehingga
orang yang tidak masuk surga hanyalah orang-orang yang enggan. Bukan
berarti orang yang bernasib buruk. Rasulullah saw. Bersabda
كُلُّ
أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى ، قَالُوا: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
“Setiap
umatku pasti masuk surga, kecuali orang yang enggan masuk surga.” Para
sahabat bertanya, “Siapa orang yang enggan, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Orang yang menaati akan masuk surga, sedangkan orang yang
tidak menaati adalah orang yang enggan masuk surga.” [HR. Bukhari].
4. Firman Allah swt. (بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ). Rasulullah saw. sangat sayang kepada umatnya; banyak memberikan kebaikan, dan khawatir umatnya mendapatkan keburukan.
a. Beliau berdoa kepada Allah swt. agar umatnya tidak dibinasakan. Dalam sebuah hadits disebutkan
دَعَا
بِأَنْ لاَ يُظْهِرَ عَلَيْهِمْ عَدُوّاً مِنْ غَيْرِهِمْ. وَلاَ
يُهْلِكَهُمْ بِالسِّنِينَ. فَأُعْطِيَهُمَا. وَدَعَا بِأَنْ لاَ يَجْعَلَ
بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ. فَمُنِعَهَا
“Rasulullah
saw. berdoa agar umat Islam tidak dikuasai oleh musuh mereka, agar
mereka tidak dibinasakan dengan paceklik. Dua doa itu dikabulkan.
Kemudian beliau berdoa agar umat Islam tidak terpecah-belah, tapi doa
ini tidak dikabulkan.”
b. Beliau
tidak mau umatnya dibinasakan karena menolak dakwah Rasulullah saw.
Padahal umat-umat terdahulu semuanya binasa ketika mereka menolak dakwah
para nabi. Misalnya kaum nabi Nuh as. dibinasakan dengan banjir, kaum
nabi Luth as. dengan hujan batu, dan sebagainya. Sedangkan hal seperti
itu tidak berlaku untuk umat Islam.
c. Bagaimanapun penderitaan yang beliau rasakan dari umatnya, beliau tetap bersikap baik kepada mereka. Dalam sebuah hadits
ضَرَبَهُ
قَوْمُهُ فَأَدْمَوْهُ، وَهُوَ يَمْسَحُ الدَّمَ عَنْ وَجْهِهِ وَيَقُولُ:
«اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ
“Beliau
dipukuli kaumnya hingga berdarah. Namun sambil menghapus darah dari
wajahnya, beliau berdoa, “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena
sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” [HR. Bukhari].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar