BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap
manusia memiliki kebutuhan (fisiologis, psikologis dan sosiologis) yang
memerlukan pemenuhan dan sebagai muslim jelas segala hal harus berlandaskan
syariat islam. Semua orang berusaha dengan berbagai sikap dan tingkah laku
untuk memenuhi kebutuhannya itu.
Remaja
sebagai salah satu tahap perkembangan manusia juga memiliki berbagai kebutuhan
yang sama seperti diatas. Dimana remaja adalah tahap umur yang datang setelah
masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan
cepat yang terjadi pada tubuh remaja luar dan dalam itu, membawa akibat yang
tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja.
(Darajat Zakiah, hal: 8).
Secara
psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintelegensi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan uang sama,
sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai
banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga
perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari
cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam
hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum
dari periode perkembangan ini. Semua hal itu harus di dasari dengan nilai-nilai
Islam sebagai agama umat muslimin, yang bias di dapatkan dengan pendidikan
islam.
Fase
remaja merupakan penentu masa depan, sehingga
diperlukan pola pendidikan yang tepat, disinilah peran psikologi.
Psikologi Barat menawarkan beberapa solusi, tetapi konsep fitrah, dan lain-lain tampak terabaikan.
Realitanya, remaja menghadapi problem tersendiri, sehingga pendidikan Islam memerlukan psikologi islami yang aplikatif guna mencapai tujuannya. Untuk
ini dilakukan dua pendekatan, yaitu : 1) memahami konsep-konsep psikologi Barat
yang telah lulus dari scanning, yaitu yang sesuai dengan norma-norma keislaman,
dan 2) mencari konsepkonsep psikologis dari ajaran Islam itu sendiri.
Kata
Kunci : Psikologis – Problem – Solusi – Isl
Dari
uraian diatas kami tertarik untuk membahas tentang jenis-jenis kebutuhan remaja
dalam pendidikan islam, yang kemudian kami rangkum dalam bentuk makalah ini.
B.
Batasan
Masalah
Makalah
ini hanya mengkaji pokok bahasan tentang jenis-jenis kebutuhan remaja dalam
perkembangannya, yang dititik beratkan pada aspek “Kebutuhan Sosial Psikologis
Remaja dalam Pendidikan islam”.
C.
Rumusan
Masalah
Fokus
dalam penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan:
1. Pengertian,
Ruang Lingkup, dan Peran Psikologi Remaja
2. Jenis-jenis
kebutuhan sosial psikologis pada masa remaja
3. Pengertian
dan Tujuan Pendidikan Islam
4. Kebutuhan
psikolgis remaja dalam pendidikan Islam
D.
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui berbagai bentuk kebutuhan
remaja terutama kebutuhan sosial psikologisnya, pengaruh yang timbul apabila
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi dan usaha yang dapat dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan remaja tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian,
Ruang Lingkup, dan Peran Psikologi Remaja
A.
Jenis-Jenis
Kebutuhan Manusia
Maslow
merumuskan kebutuhan manusia terdiri dari 2 jenis yang berjenjang, dinamakan
“Hirarki Kebutuhan” dan dapat diuraikan sebagai berikut :
- Kebutuhan Fisiologi/fisik
Merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan
kebutuhan fisik dan merupakan kebutuhan yang berada pada level paling utama
untuk kelangsungan hidup manusia. Contohnya kebutuhan untuk makan, minum,
pakaian, seks dan sejenisnya.
- Kebutuhan Psikologi
a. Kebutuhan rasa aman
Disebut juga dengan “safety needs”.
Rasa aman dalam bentuk lingkungan psikologis yaitu terbebas dari gangguan dan
ancaman serta permasalahan yang dapat mengganggu ketenangan hidup seseorang.
b. Kebutuhan akan Rasa Cinta dan
memiliki atau kebutuhan social
Disebut juga dengan “love and belongingnext
needs”. Pemenuhan kebutuhan ini cenderung pada terciptanya hubungan social yang
harmonis dan kepemilikan.
c. Kebutuhan Harga diri
Disebut juga dengan “self esteem
needs”. Setiap manusia membutuhakan pengakuan secara layak atas keberadaannya
bagi orang lain. Hak dan martabatnya sebagai manusia tidak dilecehkan oleh
orang lain, bilamana terjadi pelecehan harga diri maka setiap orang akan marah
atau tersinggung.
d. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Disebut juga “self actualization
needs”. Setiap orang memiliki potensi dan itu perlu pengembangan dan
pengaktualisasian. Orang akan menjadi puas dan bahagia bilamana dapat
mewujudkan peran dan tanggungjawab dengan baik.
B.
Pengertian
Masa Remaja
a.
Pengertian
Menurut asal
katanya, psikologi berasal dari kata Yunani : psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu.
Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu
jiwa (Sarwono: 1996, 3). Definisi ini masih
kabur, sebab bagaimana maksud “jiwa”
belum terjawab, sehingga sering muncul perbedaan pendapat mengenai psikologi. Para pakar mendefinisikan sesuai
dengan arah dan aliran masingmasing. Sebelum psikologi berdiri sebagai suatu
disiplin ilmu pada tahun 1879, psikologi (gejala-gejala kejiwaan dipelajari
oleh filsafat dan ilmu faal).
Oswald Kroh
berpendapat bahwa yang seharusnya
dijadikan indikator adalah keadaan psikologis dengan ciri-ciri khusus sebagai
berikut :
·
Remaja putra : Aktif, memberi, cenderung memberi
perlindungan, aktif meniru pribadi pujaannya, minat tertuju pada hal-hal yang
bersifat intelektual, abstrak, “zakelijk”, berusaha memutuskan sendiri dan ikut
berbicara.
·
Remaja puteri : Pasif, menerima,
cenderung menerima perlindungan, pasif dalam mengagumi pribadi pujaan, minat
tertuju pada hal-hal yang bersifat emosional, konkrit, “persoonlijk”, berusaha
mengikut dan menyenangkan orang lain (Suryabrata: 1989, 236).
Jelasnya, yang dimaksud
psikologi remaja dalam tulisan ini adalah ilmu yang mempelajari “tingkah
laku” sebagai bentuk renspons manusia dengan kategore “remaja” baik yang
ditentukan dengan umur atau ciri-ciri
psikologis tertentu.
Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa
kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat
yang terjadi pada tubuh remaja luar dan dalam itu, membawa akibat yang tidak
sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. (Darajat
Zakiah, Remaja harapan dan tantangan: 8).
Fase remaja merupakan perkembangan
individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik
(seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konpka (Pikunas, 1976) masa
remaja ini meliputi (a) remaja awal: 12-15 tahun; (b) remaja madya: 15-18 tahun;
(c) remaja akhir: 19-22 tahun. Dimana pada masa ini keadaan atau
kondisi emosi kejiwaannya masih dalam koridor kelabilan. Masa remaja ini juga
disebut dengan masa transisi, di mana seorang remaja mengalami perubahan dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa, ditandai dengan emosi yang sangat labil. Pada
masa transisi ini seorang remaja mencari perhatian-perhatian khusus, baik dari
pihak orang-orang terdekatnya maupun orang yang belum dikenalnya sama sekali.
Ciri-Ciri
Masa Remaja:
- Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan
dari masa kanak-kanak ke peralihan masa dewasa.
- Masa remaja sebagai periode perubahan.
- Masa remaja sebagai usia bermasalah.
- Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
- Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan,
karena masalah penyesuaian diri dengan situasi dirinya yang baru, karena
setiap perubahan membutuhkan penyesuaian diri.
- Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
- Ciri-ciri kejiwaan remaja, tidak stabil, keadaan
emosinya goncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong,
bersemangat, peka, mudah tersinggung, dan perhatiannya terpusat pada
dirinya.
2.
Jenis-jenis
Kebutuhan Sosial Psikologis pada Masa Remaja
Kebutuhan
remaja dapat dibedakan atas dua jenis yaitu :
- Kebutuhan Fisik
Remaja memiliki kebutuhan fisik yang
relatif sama dengan orang lain yang bukan remaja. Perbedaan kebutuhan seorang
remaja dengan orang lain terletak pada jumlah atau porsinya.
Kebutuhan-kebutuhan fisik harus terpenuhi karena remaja berada dalam pertumbuhan
yang sangat pesat seperti pertumbuhan tulang, otot dan berbagai organ tubuh
lainnya. Jika kebutuhan fisik remaja tidak terpenuhi, maka bukan saja
pertumbuhannya tidak maksimal tetapi juga kesehatan fisik dan mentalnya dapat
terganggu.
- Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan psikologis yang paling
menonjol pada periode remaja adalah kebutuhan mendapatkan status, kemandirian,
keakraban dan memperoleh filsafat hidup yang memuaskan untuk mengembangkan
kodrat kemanusiaannya.
a) Kebutuhan untuk mendapatkan status
Remaja membutuhkan perasaan bahwa
dirinya berguna, penting, dibutuhkan orang lain atau memiliki kebanggaan
terhadap dirinya sendiri.
b) Kebutuhan kemandirian
Remaja ingin lepas dari pembatasan
atau aturan orang tua dan mencoba mengarahkan atau mendisiplinkan diri sendiri.
Remaja harus diperlakukan sebagai individu yang dewasa agar mereka bertingkah
laku yang lebih dewasa karena hal tersebut akan memenuhi kebutuhan mereka untuk
mandiri.
c) Kebutuhan Berprestasi
Kebutuhan berprestasi erat kaitannya
dengan kedua kebutuhan yang telah dikemukakan diatas. Artinya kalau kebutuhan
berprestasi dapat dipenuhi maka kebutuhan mendapatkan status dan mandiri juga
terpenuhi.
d) Kebutuhan Diakrabi
Kebutuhan untuk diakrabi bagi remaja
dimaksudkan agar orang lain memahami ide-ide, kebutuhan-kebutuhan dan
permasalahan yang dihadapinya.
e) Kebutuhan untuk memiliki filsafat
hidup
Remaja mulai mempunyai keinginan
untuk mengenal apa tujuan hidup dan bagaimana kebahagiaan diperoleh. Suatu
filsafat hidup yang memuaskan adalah yang bernilai kemanusiaan. Jika filsafat
hidup telah dimiliki, maka perasaan manusiawi tumbuh subur dalam diri remaja
sehingga segenap aktivitasnya diliputi perasaan aman dan damai.
Disamping rumusan tersebut ada tujuh jenis kebutuhan khas
remaja yang dikemukakan oleh Garrison (dalam Andi Mappiare: 1982) yaitu :
1. Kebutuhan untuk memperoleh kasih
sayang
2. Kebutuhan untuk diikutsertkan dan
diterima oleh kelompoknya
3. Kebutuhan untuk mampu mandiri
4. Kebutuhan untuk mampu berprestasai
5. Kebutuhan untuk memperoleh pengakuan
dari orang lain
6. Kebutuhan untuk dihargai
7. Kebutuhan untuk mendapatkan falsafah
hidup
Adanya tujuh macam kebutuhan khas
remaja ini secara umum memang ada pada kebanyakan anak muda, tetapi tingkat
intensitasnya sangat dipengaruhi oleh latar belakang keluarga masing-masing.,
factor social, individual, cultural dan religius.
a.
Pengaruh
Kebutuhan yang Tidak Terpenuhi Terhadap Tingkah Laku Remaja
Usaha
memenuhi kebutuhan bagi remaja tidaklah mudah, melainkan sangat rumit, kompleks
dan bervariasi sebagai contoh kebutuhan remaja yang sering kurang memperoleh
kebutuhan adalah kebutuhan akan kasih sayang dari orang tua maupun orang dewasa
lainnya. Hal ini akan mengakibatkan remaja cenderung mencari penyelesaiannya
sendiri dengan cara membanci orang tua, suka mencari perhatian orang lain, lebih
betah berkumpul dengan teman sebayanya, mencari orang lain sebagai pengganti
orang tuanya, yang dapat memenuhi kebutuhannya itu seperti gurunya, pemuka
masyarakat, mencintai orang yang lebih dewasa dsb. (Muri Yusuf, 1999).
Apabila
kebutuhan social-psikologis tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan timbulnya
rasa tidak puas, menjadi frustasi dan terhambatnya pertumbuhan serta
perkembangan sikap positif terhadap lingkungan dan dirinya. Sebagai contoh masa
remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai
dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok
sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi
dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya
apabila remaja dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola
tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema
perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya, namun
juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di
sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja awal akan
ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk
melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di
sisi lain dia masih membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis. Pada masa
remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji
kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang
menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.
Selain yang telah dipaparkan di atas,
tentunya masih banyak problema keremajaan lainnya. Timbulnya problema remaja
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Agar remaja
dapat terhindar dari berbagai kesulitan dan problema kiranya diperlukan
kearifan dari semua pihak. Upaya untuk memfasilitasi perkembangan remaja
menjadi amat penting. Dalam hal ini, peranan orang tua, sekolah, serta
masyarakat sangat diharapkan. (Diterbitkan 31 Januari 2008 psikologi
pendidikan).
b.
Usaha atau
Tindakan yang Dapat Dilakukan Untuk Memenuhi Kebutuhan Remaja
Lingkungan
keluarga didukung pihak sekolah perlu melakukan berbagai usaha membantu
memenuhi kebutuhan remaja, agar tidak menimbulkan kesulitan atau permasalahan
bagi remaja. Saran yang perlu dilakukan adalah :
- Perlu mengetahui pengalaman mereka di masa lalu
(seperti perkembangannya, penerimaan dirinya, perlakuan masa kecil yang
dia alami, kepuasan dirinya, dan lain-lain).
- Perlu mengetahui dorongan-dorongan (motives) yang
menyebabkan mereka berbuat sesuatu (misalnya kebutuhan untuk disayangi,
ingin meniru, ingin diperhatikan, ingin disayangi dan lain-lain).
- Bersikap jujur dan terbuka kepada mereka dan jangan
pura-pura.
- Hidup bersama mereka dan bukan hidup untuk mereka.
- Memberi kesempatan terhadap mereka untuk mengemukakan
pendapat secara bebas, penuh pengertian, dan perhatian dalam suatu
komunikasi dialogis
- Mencurahkan kasih sayang namun tidak memanjakan,
melaksanakan kondisi yang ketat dan tegas namun bukan tidak percaya atau
mengekang anggota keluarga.
- Berperan sebagai kawan dan bersahabat, penuh pengertian
dan penerimaan, sehingga dapat membantu mencari jalan keluar dari
kesulitan yang dialami anak remaja.
- Memotivasi anak dan mendorong untuk meraih prestasi
yang setinggi tingginya.
Semua itu
dilaksanakan dengan ketulusan, kesabaran dan konsisten dengan komitmen
semata-mata demi kesuksesan dan kebahagiaan anak masa remaja.(buletinlitbang@dephan.go.id).
Guru atau
orang dewasa lainnya perlu melakukan berbagai usaha atau tindakan untuk
memenuhi kebutuhan remaja, misalnya:
- Usaha untuk memenuhi kebutuhan
mendapatkan status
a. Mengembangkan bakat khusus remaja dengan
berbagai rangsangan dan menghargai prestasi mereka dalam bakat khusus tersebut.
Memberikan penghargaan kepada remaja disesuaikan dengan kecepatan dan prestasi
mereka masing-masing.
b. Menghindari pemberian motivasi
dengan membandingkan remaja secara individu baik dalam prestasi akademis maupun
bakat khusus.
c. Tidak menuntut remaja berprestasi
sama, walaupun waktu, guru dan metode belajar yang sama.
- Memenuhi kebutuhan untuk
mandiri
a. Memotivasi remaja membuat rencana
atau program untuk pemgembangan bakat atau potensi mereka.
b. Memberi kesempatam remaja untuk
mengemukakan ide-ide mengambil keputusan, membentuk kelompok dan program
pengembangan bakat.
c. Memberi penghargaan atau penguatan
kepada kelompok remaja yang kreatif dalam belajar misalnya menemukan sendiri bahan
belajar yang relevan dari berbagai sumber yang tidak semata-mata kepada materi
yang diajarkan guru.
- Memenuhi kebutuhan Berprestasi
a. Memberikan penilaian kalau siswa
telah menguasai bahan yang dipelajarinya sehingga semua siswa mendapat nilai
baik.
b. Memotivasi dengan cara membandingkan
prestasi sebelumnya dengan prestasi yang sekarang, jika seorang remaja itu
menunjukkan penurunan prestasi. Dengan demikian siswa bersangkutan dapat
memahami atau berkeyakinan diri yang kuat bahwa ia saat sekarang juga harus
berprestasi sebagaimana yang pernah dicapai atau diraihnya pada masa lampau.
c. Membantu siswa mengembangkan
bakat-bakat khusus secara serius, sehingga prestasi bakat khusus mereka dapat
dibanggakan dalam kelompok.
- Memenuhi Kebutuhan untuk
Diakrabi
a. Guru harus membina kedekatan
fisiologis dengan siswanya, dengan cara membantu mereka mengatasi kesulitan
dalam belajar maupun kesulitan permasalahan pribadinya.
b. Selalu bekerjasama dalam berbagai
kesempatan, menyusun program kebersihan kelas dan pengembangan bakat.
- Memenuhi Kebutuhan filsafat
hidup
a. Memberikan informasi tentang nilai
kebenaran dalam kehidupan melalui berbagai materi pelajaran yang terkait
seperti agama, seni dan ilmu sosial.
b. Menjadikan guru dan teman mereka
sebagai model karena telah menerapkan nilai kebenaran, agama dan ilmu
pengetahuan dalam kehidupannya.
c. Melakukan bimbingan dan konseling
kelompok atau individual untuk membentuk keyakinan dan keterampilan memecahkan
masalah kehidupan dengan cara-cara bernilai moral dan kebenaran.
3.
Peran psikologi dalam pendidikan
Ketika pendidikan merupakan suatu proses, suatu aktivitas
dan suatu rangsang, yang diarahkan untuk menghasilkan perubahan-perubahan
tingkah laku dari seseorang yang diinginkan sesuai dengan tujuan pendidikan.
Tingkah laku di sini mencakup tiap aksi, tiap respons atau apa saja yang
dikerjakan oleh seseorang, dan apa yang dipikirkan, pandangan-pandangannya
serta sikapsikapnya terhadap beberapa persoalan yang ada di dalam kehidupan dan
lingkungan.
Langeveld membedakan dua jenis pendidikan, yaitu : a)
Paedagogik sadar, dan b) Paedagogik tak sadar. Paedagogik sadar termasuk semua
tindakantindakanpendidikan yang dikerjakan dengan berencana dan secara
sitematis. Psikologi pendidikan penting kedudukannya dalam paedagogik sadar
tersebut(Hasan: 1994, 58). Dalam konteks ini, “pendidik” harus mampu menciptakan perangsang-perangsang yang
memungkinkan potensi ini berkembang berupa kecakapan-kecakapan yang wajar
(skill), pengetahuan yang berguna (knowledge), dan sikap-sikap yang baik
(attitudes) (Hasan: 1994, 58)
a.
Tujuan Pendidikan Islam
Istilah tujuan atau
sasaran atau maksud, dalam bahasa arab dinyatakan dengan ghayat atau ahdaf atau
maqasid. Sedangkan dalam bahasa Inggris istilah tujuan dinyatakan dengan goal
atau purpose atau aim atau objective. Secara umum istilah-istilah itu
mnegandung pengertian yang sama, yaitu arah suatu perbuatan atau yang hendak
dicapai melalui upaya atau aktifitas.
Tujuan menurut Zakiah
Darajat, adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau
kegiatan selesai. Sedangkan menurut H.M. Arifin
suatu jarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha
melalui proses tertentu.
Dalam adhagium
ushuliyah dinyatakan bahwa: “ al-umur bi maqashidiha”, bahwa setiap tindakan
dan aktifitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah
ditetapkan. Adhagium ini menunjukkan bahwa pendidikan seharusnya berorientasi
pada tujuan yang ingin dicapai, bukan semata-mata berorientasi pada sederetan
materi. Karena itulah, tujuan pendidikan Islam menjadi komponen pendidikan yang
harus dirumuskan terlebih dahulu sebelum merumuskan komponen-komponen
pendidikan yang lain.
b.
. Tahap-tahap Tujuan
Abu ahmadi mengatakan
bahwa tahap-tahap pendidikan Islam meliputi;
·
Tujuan tertinggi/ terakhir
Tujuan
ini dirumuskan dalam satu istilah yang disebut insan kamil (manusia paripurna),
dengan indicator sebagai berikut:
a.
Menjadi hamba Allah
Firman Allah :
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾
Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. [QS. Adz-Dzariyat : 56].
b. Menghantarkan
subjek didik menjadi khalifah fi al-ardh, yang mampu memakmurkan bumi dan
melestarikannya lebih jauh lagi, mewujudkan rahmat bagi alam sekitarnya sesuai
denag tujuan penciptaanya dan sebagai konsekuansi setelah menerima Islam
sebagai pedoman hidup.
Firman
Allah
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ
إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ
فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ
قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ ﴿٣٠﴾
Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". [QS.
Al-Baqarah : 30]
c. Untuk
memeroleh kesejahteraan kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat baik individu
maupun masyarakat.
·
Tujuan umum
Para ahli pendidikan Islam merumuskan Tujuan pendidikan
Islam diantaranya:
a. Al-abrasyi
Menyimpulkan
lima tujuan umum pendidikan Islam yaitu :
1. Untuk
mengadakan pembentukkan akhlak yang mulia.
2. Persiapan
untuk kehidupan dunia dan akhirat
3. Persiapan
untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfaat, atau yang dikenal sekarang
ini dengan nama tujuan-tujuan vokasional dan professional.
4. Menumbuhkan
rasa ingin tahu (curioysity) dan memungkinkan ia mengkaji ilmu demi ilmu itu
sendiri.
5. Menyiapkan
pelajar dari segi professional, tekhnikal, dan keterampilan pekerjaan tertentu
agar ia dapat mencari rezeki dalam hidup disamping memelihara segi kerohanian
dan keagamaan.
b. Nahlawy
1. Pendidikan
akal dan persiapan pikiran
2. Menumbuhkan
potensi dan bakat anak
3. Memerhatikan
kekuatan dan potensi generasi muda
4. Berusaha
menyumbangkan potensi dan bakat manusia
c. Al-Buthi
1. Mencapai
keridhaan Allah SWT
2. Mengangkat
taraf akhlak dalam masyarakat
3. Memupuk
rasa cinta tanah air yang diturunkan untuk membimbing masyarakat
4.
Memupuk rasa cinta tanah air dan
mengajar manusia kepada akhlak yang mulia
5.
Mewujudkan ketentraman jiwa
6.
Memelihara bahasa arab sebagai bahasa
al-quran
7.
Meneguhkan perpaduan tanah air dan
kebersatuan
·
Tujuan khusus
Hasan langgulung
mencoba merumuskan tujuan khusus yang mungkin dimasukkan dibawah penumbuhan
semangat agama dan akhlak antara lain:
1.
Mengenalkan kepada generasi muda
tentang akidah Islam, dan membiasakan
mereka melaksanakan ibadah juga menghormati syiar-syiar agama.
2.
Menumbuhkan kesadaran yang betul pada
diri pelajarterhadap agama
3.
Menanamkan keimanan terhadap rukun iman
4.
Menumbuhkan minat generasi mudavuntuk menambah
pengetaguan agama dan mengamalkannya
5.
Menanamkan rasa cinta terhadap al-quran
6.
Menumbuhkan rasa bangga terhadap sejarah
Islam
7.
Menumbuhkan rasa rela, cinta tanah air
dan rela berkorban
8.
Mendidik naluri, motivasi dan keinginan
generasi muda.
9.
Menanamkan keimanan yang kuat terhadap
Allah
10.
Membersihkan hati mereka dari sifat-sifat negative
·
Tujuan sementara
Menurut
Zakiah Darajat, tujuan sementara itu merupakan tujuan yang akan dicapai
setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam
suatu kurkulum pendidikan formal.
Rumusan tujuan
pendidikan yang dihasilkan dari seminar pendidikan Islam tahun 1980 di
Islamabad mencerminkan idealitas Islami seperti terkandung di dalam al-quran.
Sebagai esensinya tujuan pendidikan Islam yang sejalan dengan tuntutan al-quran
itu tidak lain adalah sikap penyerahan diri secara total kepada Allah swt.,
yang telah kita ikrarkan dalam shalat sehari-hari.
Firman Allah :
قُلْ
إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٦٢﴾
Katakanlah:
"Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam,[ QS. Al-an’am: 162]
Dari beberapa rumusan
tujuan diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah:
“terbetuknya insan kamil yang didalamnya memiliki wawasan kaffah agar mampu
menjalankan tugas-tugas kehambaan, kehalifahan, dan pewaris nabi.
4.
Kebutuhan Psikologis Remaja dalam
Pendidikan Islam
Mengidentifikasi fenomena
psikologis pada zaman modern ini, tidak sempurna kiranya jika psikologi yang dikontekskan tidak dikaitkan
dengan sumber peran spiritual yakni agama. Agama yang mempunyai satu sistim
pengetahuan diawali dengan keyakinan kemudian mampu memberikan nilai yang
sangat sakral dan mempengaruhi pola pikir, rasa dan tingkah laku manusia. Dalam
hal ini peran agama sangat besar bagi pengkajian spiritual yang dikapling
psikologi modern. Batasan-batasan nilai agama yang memberi kontribusi pada
perkembangan dunia spritual seperti di atas memang sangat rumit untuk dijadikan
gejala sebagai obyek penelitian ilmiah. psikologi, pendidikan dan agama dapat
diformat lewat pendekatan pengetahuan dan akademis. Logikanya, psikologi remaja
sebagai bagian dari psikologi umum erat sekali hubungannya dengan pendidikan
Islam sebagai salah satu bagian dari ajaran Islam sebagai agama. Agar
pendidikan remaja Muslim dapat berjalan
lancar dan tujuannya bisa dicapai, maka penerapan psikologi (khususnya psikologi remaja) tak
bisa diabaikan. Bahkan faktor ini sangat dominan bagi keberhasilan pendidikan,
karena dengan psikologi dapat diketahui
berbagai permasalahan dan kebutuhan para remaja yang erat kaitannya dengan
keberhasilan pendidikan.
Selanjutnya, psikologi punya peran vital
untuk mengatasi dan memenuhinya.
Perlu diperhatikan bahwa pada tahap remaja awal (11-15
tahun) merupakan tahap perkembangan kognitif akhir, pada tahap ini mereka mampu
mengatasi masalah keterbatasan pemikiran konkret-operasional. Selain itu juga
telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan secara simultan atau berurutan dua
macam kemampuan kognitif, yakni : 1)
kapasitas menggunakan hipotesis, dan 2) kapasitas menggunakan
prinsip-prinsip abstrak (Syah: 1995, 72). Hal ini juga sering berlaku bagi
remaja yang berumur lebih dari lima belas tahun, bahkan
terhadap
orang dewasa.Minimal ada dua macam kemampuan kognitif yang perlu dikembangkan
oleh guru khususnya, yakni : 1) strategi belajar memahami materi pelajaran, dan
2) strategi memahami arti penting isi
materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang
terkandung (Syah: 1995, 84). Kedua hal ini angat vital untuk mengembangkan
ranah afektif dan psikomotornya.
Keberhasilan mengembangkan ranah kognitif akan menghasilkan
kecakapan ranah afektif. Misalnya, dalam pengajaran agama, pemahaman yang
mendalam tentang arti penting materi pelajaran agama yang disajikan guru serta
prefensi kognitif yang mementingkan aplikasi prinsip-prinsip tadi akan
menghasilkan kecakapan ranah afektif siswa. Peningkatan ranah afektif ini
antara lain berupa kesadaran keberagamaan yang mantap (Syah: 1995, 85).
Kecakapan psikomotor merupakan manifestasi wawasan pengetahuan, kesadaran, dan
sikap mental, hal ini sangat tergantung pada keberhasilan pengembangan ranah
kognitif, juga tak bisa terlepas dari kecakapan afektif (Syah: 1995, 85). Di
sisi lain, para pakar psikologi kognitif
tidak puas bahwa belajar hanyalah sekedar proses hubungan stimulus-respons-reinforcement
yang dikontrol reward dan reinforcement. Menurut mereka, tingkah laku seseorang lebih
tergantung pada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada dalam suatu situasi. Selanjutnya
aplikasi psikologi dalam pendidikan juga memerlukan psikologi humanistik yang
berusaha memahami perilaku seseorang dari sudut pelaku (behaver).
pengaplikasian
psikologi dalam pendidikan Islam tak bisa terlepas dari psikologi Islami, untuk ini digunakan dua
macam pendekatan, pertama mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan
psikologiIslami adalah konsep psikologi modern – yang telah kita kenal selama
ini – yangtelah megalami filterisasi dan di dalamnya terdapat wawasan Islam,
misalnya aliran psikologi
humanistik. Meskipun terlalu
antroposentrisme, namun struktur kepribadian manusia yang dibangun tokoh-tokoh
psikologi modern, seperti alam sadar, pra-sadar, dan tak sadar (psikoanalisis),
afeksi, konasi, dan kognisi (behaviorisme) serta dimensi somatis, psikis dan
neotik (psikologi humanistik) dapat dipandang Islami setelah semua unsur
tersebut dinaungi konsep ruh. Kedua
mengungkapkan bahwa psikologi
Islami adalah ilmu tentang manusia yang kerangka konsepnya benar-benar dibangun
dengan semangat Islam dan bersandarkan pada sumber-sumber formal Islam, yaitu
Al Quran dan Sunnah yang dibangun dengan
memenuhi syariat-syariat Islam.
BAB
III
KESIMPULAN
Berdasarkan pada
pembahasan makalah tentang kebutuhan social psikologis remaja ini, maka
didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Masa
remaja sebagai masa pencarian identitas diri (self identity) memerlukan
kebutuhan khas, yaitu kebutuhan fisik dan psikologis. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut memerlukan pemenuhan, karena apabila setiap kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi maka reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum
terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada timbulnya gejala-gejala
menyimpang yang dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan
sikap positif terhadap lingkungan dan dirinya.
b. Orangtua
pada lingkungan keluarga dan guru pada lingkungan sekolah harus mampu berperan
aktif dalam menyikapi tumbuh kembang anaknya pada masa remaja dengan melakukan
berbagai pendekatan, agar remaja bukan saja menjadi seorang anak ataupun siswa
tetapi juga bisa menjadi seorang sahabat/teman bagi dirinya, sehingga kedekatan
emosional antara orangtua atau guru disekolah sebagai manusia dewasa dengan
remaja dapat terjalin dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin,
Muhammad. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Arifin, Muzayyin. 2009. Kapita
Selekta Pendidikan Islam. Cetakan keempat, Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Mudjiran, dkk. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP
Press.
Ramayulis.
2011. Ilmu Pendidikan Islam. Cetakan kesembilan, Jakarta: Kalam Mulia
Shihab,
M. Quraisy, Membumikan Al Quran (Bandung : Mizan, 1993).
Syah,
Muhibbin, Psikologi Pendidikan Suatu
Pendekatan Baru (Bandung : Rosdakarya,
1995).
Tim
Pembina Mata Kuliah PPD. 2007. Perkembangan
Peserta Didik. Padang: Dikti bekerjasama dengan HEDS-JICA.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar