BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum merupakan salah satu alat
untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan
pengajaran pada semua jenis dan tingkat sekolah. Kurikulum mendasarkan dan
mencerminkan falsafah sebagai pandangan hidup suatu bangsa. Namun, seiring
pergantian pemerintahan, politik pemerintah itu mempengaruhi pula ke dalam
bidang pendidikan yang sering membawa akibat terjadinya perubahan/penyempurnaan
kurikulum yang terjadi dan berlaku pada saat itu.
Salah satunya adalah perubahan kurikulum
1994 ke kurikulum berbasis kompetensi atau kurikulum 2004. Tentu saja,
perubahan ini mungkin merupakan hasil dari evaluasi kurikulum 1994 yang
kemudian berubah menjadi kurikulum berbasis kompetensi sebagai pelengkap atau
penyempurna dari kurikulum sebelumnya. Namun, hal ini pun tidak berarti
kurikulum berbasis kompetensi itu merupakan kurikulum yang paling sempurna.
Tidak menutup kemungkinan di kemudian hari ada kurikulum yang melengkapi
kurikulum berbasis kompetensi ini.
Dengan demikian, pada kesempatan
kali ini makalah ringkas yang telah ada di hadapan pembaca sekarang akan
berusaha membahas sebaik mungkin
mengenai kurikulum berbasis kompetensi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis
merumuskan beberapa masalah, yaitu :
1.
Bagaimana Deskripsi Umum KBK itu?
2.
Apa Pengertian dan Jenis-Jenis Kompetensi?
3. Apa saja Landasan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
atau Kurikulum 2004, adalah kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang
mulai diterapkan sejak tahun 2004 walau sudah ada sekolah yang mulai
menggunakan kurikulum ini sejak sebelum diterapkannya. Secara materi,
sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya hanya
pada cara para murid belajar di kelas. Dalam kurikulum terdahulu, para murid
dikondisikan dengan sistem caturwulan. Sedangkan dalam kurikulum baru ini, para
siswa dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu pun, para murid hanya belajar
pada isi materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari guru saja. Dalam
kurikulum 2004 ini, para murid dituntut aktif mengembangkan keterampilan untuk
menerapkan IPTEK tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya
antar siswa saling berkompetisi. Jadi di sini, guru hanya bertindak sebagai
fasilitator, namun meski begitu pendidikan yang ada ialah pendidikan untuk
semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek, namun subjek. Dan
setiap kegiatan siswa ada nilainya.[1]
Kurikulum berbasis kompetensi dapat
diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pengembangan kemampuan
melakukan tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu
dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung
jawab. Kurikulum berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa,
penilaian kegiatan belajar-mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan
dalam mengembangkan kurikulum sekolah (Depdiknas, 2002).
B. Pengertian dan Jenis-Jenis Kompetensi
Kompetensi
merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
direflesikan dalam kebiasaaan berfikir dan bertindak.[2] mengemukakan bahwa kompetensi : “….. is a
knowledge, skills, and abilities that a person achieves, which become part of
his or her being to the exent he or she can satisfactorily perform farticular
cognitive, afektive, and psychomotor behaviors”. Dalam hal ini, kompetensi
diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh
seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan
perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
Sejalan
dengan itu, Finc & Crunkilton (1979:222) mengartikan kompetensi sebagai
penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Hal tersebut menunjukan bahwa
kompetensi mencakup tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus
dimiliki peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-tugsa pembelajaran sesuai
sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Dengan demikian terdapat hubungan
(link) antara tugas-tugas yang dipelajari peserta didik disekolah dengan
kemampuan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Untuk itu kurikulum menunutu
kerjasama yang baik antara pendidikan dengan dunia kerja, terutama dalam
mengidentifikasi dan menganalisis kompetensi yang perlu diajarkan kepada peserta
didik di sekolah.
Kompetensi
yang harus dikuasai peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat
dinilai, sebagai wujud hasil belajar peserta didik yang mengacu pada pangalaman
langsung. Penilaian terhadap pencapaian kompetensi perlu dilakukan secara
objektif, berdasarkan kinerja peserta didik, dengan bukti penguasaan mereka
terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap sebagai hasil belajar.
Dengan demikian dalam pembelajaran yang dirancang berdasarkan kompetensi,
penilaian tidak dilakukan berdasarkan pertimbangan yang bersifat subjektif.
Gordon (1988:109) menjelaskan
beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai
berikut :
1. Pengetahuan
(knowledge) yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru
mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana
malekukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.
2. Pemahaman (understanding) : yaitu kedalaman
kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru yang
akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang
karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran
secara afektif dan efisien.
3. Kemampuan (skill) : adalah sesuatu yang
dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan
kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih, dan membuat alat peraga
sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.
4. Nilai (value) : adalah suatu standar perilaku
yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.
5. Sikap (attitude) : yaitu perasaan
(senang–tidak senang, suka tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan
yang dating dari luar.
6. Minat (interest) : adalah kecenderungan
seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.
Berdasarkan pengertian kompetensi
diatas, kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu
konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu
dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung
jawab.
Karaktristik
Kurikulum Berbasis Kompetensi
Karakteristik KBK antara lain
mencakup seleksi kompetensi yang sesuai spesifikasi indicator-indikator
evaluasi untuk menentukan kesuksesan pencapaian kompetensi; dan pengembangan
sisitem pembelajaran. Lebih lanjut, dari
berbagai sumber sedikitnya dapat diidentifikasikan enam karakteristik kurikulum
berbasis kompetensi, yaitu :
1.
Sistem belajar
dengan modul
2.
Menggunakan
Keseluruhan Sumber Belajar
3.
Pengalaman
Lapangan
4.
Strategi
Belajar Individu Personal
5.
Kemudahan
Belajar
6.
Belajar Tuntas
C. Landasan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
1. Landasan
filosofis
Secara
nasional pandangan hidup bangsa Indonesia adalah Pancasila. Oleh karena itu,
kaidah dan norma sosial maupun sistem nilai yang dianut secara nasional mengacu
kepada Pancasila. Dengan demikian penyelenggaraan pendidikan secara resmi
diarahkan untuk membentuk manusia Indonesia yang ber-Pancasila. Perbedaan adat
istiadat dan suku bangsa di negara ini, dapat dipersatukan oleh falsafah
Pancasila yag mengakui kesamaan dalam perbedaan (bhineka tunggal ika). Atas
dasar ini, dapat terjadi arah pendidikan secara nasional adalah sama, namun
dalam menanamkan nilai-nilai kepada anak didik dapat muncul perbedaan sesuai
dengan latar belakang sosial ataupun agama masing-masing. Dapat dikemukakan
disini suatu contoh, misalnya seorang guru memandang bahwa pendidikan diarahkan
agar anak didik “bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa”. Selanjutnya harus
dijabarkan apakah yang dimaksud dengan takwa, bagaimana ciri orang bertakwa,
apakah yang patut dilakukan dan tidak patut dilakukan oelh orang yang bertakwa.
Tentu hal ini akan dikaji berdasarkan latar belakang agama yang dianut.[3]
2. Landasan Psikologis
Psikologi ialah disiplin ilmu yang
membahas perilaku manusia, baik sebagai individu maupun kelompok dalam
hubungannya dengan lingkungan.[4] Kondisi psikologis ialah karakteristik
psiko-fisik seseorang sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk
perilaku dalam interaksi dengan lingkungannya.[5]
Psikologi
berkenaan dengan kajian tentang tingkah laku. Sehubungan dengan penyusunan
kurikulum, tingkah laku manusia yang menjadi landasan berkenaan dengan belajar.
Hal ini mencakup teori-teori yang berhubungan dengan proses belajar itu sendiri
dan teori tentang perkembangan individu yang terkait dengan perkembangan dalam melakukan
proses belajar. Dan hal ini tak dapat
dipisahkan kedalam kajian tentang teori belajar, yaitu:
a.
Disiplin mental
atau psikologi daya, yang memandang bahwa mental manusia terdiri dari sejumlah
daya yang beraneka ragam.
b.
Psikologi
behaviorisme/tingkah laku, yang menganggap bahwa tingkah laku manusi pada
hakikatnya merupakan kumpulan respons terhadap rangsangan.
3.
Landasan
Masyarakat
Masyarakat itu bersifat dinamis dan berkembang sesuai dengan
perkembangan
zaman. Setiap kelompok mempunyai tuntutan dan kebutuhan yang berbeda-beda.
Adanya perbedaan ini, mengimplikasikan adanya perbedaan antara sekelompok
masyarakat dengan kelompok masyarakat lain terutama dilihat dari segi kebutuhan
yang sepatutnya dipenuhi oleh pendidikan. Oleh karena itu, agar pendidikan
dapat memberi bekal yang berarti bagi mesyarakat, maka kurikulum yang merupakan
rencana belajar, perlu menjadikan tuntutan dan kebutuhan masyarakat sebagai
salah satu landasan dalam penyusunannya.
4.
Landasan Ilmu
Pengetahuan
Mengingat keterbatasan manusia, tidak semua bentuk ilmu pengetahuan
dapat dimiliki dan dikuasai. Ini merupakan dasar untuk melakukan kajian agar
tidak terjadi apa yang diperoleh anak didik dari sekolah pada akhirnya tidak
dapat dimanfaatkan bagi kehidupan. Hasil temuan manusia sebagai kebudayaan
harus disampaikan kepada anak didik dalam waktu yang terbatas di sekolah, tidak
mungkin semuanya dapat dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan seleksi yang
mendalam tentang apa yang patut dan apa yang tidak patut disampaikan kepada
anak didik disekolah, sehingga kurukulum di sekolah dapat mengantarkan anak
didik untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang paling mendasar untuk dimiliki
sebagai bekal hidup.[6]
Dengan
IPTEK sebagai landasan, peserta didik diharapkan mampu mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan teknologi sesuai dengan sistem nilai, kemanusiawian dan budaya
bangsa.[7]
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1.
Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, adalah kurikulum dalam dunia
pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004 walau sudah ada
sekolah yang mulai menggunakan kurikulum ini sejak sebelum diterapkannya.
2.
Kompetensi
merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
direflesikan dalam kebiasaaan berfikir dan bertindak. Jenisnya:
i.
Pengetahuan
(knowledge)
ii.
Pemahaman
(understanding)
iii.
Kemampuan
(skill)
iv.
Nilai (value)
v.
Sikap
(attitude)
vi.
Minat
(interest)
3.
Landasan
Pengembangan KBK:
i.
Landasan Ilmu
Pengetahuan
ii.
Landasan
Masyarakat
iii.
Landasan
Psikologis
iv.
Landasan
filosofis
B. Saran
Penulisan
karya ilmiah atau makalah dan yang sejenisnya, pasti tidak sempurna baik dari
segi isi atau cara penulisan. Oleh karena itu saran dari pembaca penulis
harapkan, demi kesempurnaan keilmuan penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad.2008. Pengembangan Kurikulum
di Sekolah. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
kafeilmu.com
Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana S. 2007. Pengembangan
Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Syah, Muhibbin.
2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
wikipedia.org
[1]
http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Berbasis_Kompetensi
[2]
Dr. E. Mulyasa, M.Pd. KBK Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Hal
37-38
[3]
Drs, H. Muhammad Ali, M.Pd. M.A. Pengembangan Kurikulum Sekolah. Hal 33
[4]
Prof. Dr. H. Muhibbin Syah, M.Ed. Psikologi Pendidikan. Hal 39
[5]
Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum, Teori dan
Praktek. Hal 45
[6] Drs,
H. Muhammad Ali, M.Pd. M.A. Loc. Cit. Hal 33-34
[7] kafeilmu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar